Awal pekan kemarin (27/7) adalah hari pertama ajaran baru. Dimana biasanya diisi oleh kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) ata sekarang telah diganti dengan sebutan LOS (Layanan Orientasi Siswa). Kegiatan MOS/LOS harus diikuti oleh peserta didik baru yang tengah duduk di bangku SMP dan SMA.
Pada mulanya kegiatan Orientasi Siswa ini bertujuan untuk mengenalkan lingkungan sekolah kepada peserta didik baru agar bisa beradaptasi dengan nyaman di tempat baru untuk mereka belajar. Namun pada perjalanannya kegiatan ini berisi dengan bullying dari panitia yang biasanya dari kakak kelas mereka sendiri.
Di zaman Orde Baru, kegiatan orientasi peserta didik baru mengacu pada P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menanamkan rasa kebangsaan pada siswa. Berbeda dengan MOS di zaman setelah reformasi, banyak para senior menyuruh adik kelasnya memakai barang-barang aneh tertentu yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar. Dikutip dari sebuah grup di jejaring sosial, ada seorang senior berdalih bahwa kegiatan MOS dengan memakai barang-barang aneh tersebut bertujuan untuk membentuk mental para siswa baru agar mampu melawan penindasan pemerintah kelak.
Hal ini sangat berbeda dengan Masa Orientasi di luar negeri. Seperti yang dirasakan oleh Holly Garcia, Mahasiswi asal Indonesia yang sedang kuliah di Catholic Australian University di Sydney, Australia. Dia menuturkan bahwa kegiatan orientasi di kampusnya murni berisi tentang pengenalan lingkungan kampus tempat di mana dia belajar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan surat edaran untuk mencegah perundungan di Masa Orientasi Siswa, namun masih ada sejumlah sekolah yang masih tidak mengindahkan himbauan dari menteri tersebut.
Seyogyanya orientasi siswa sangat dibutuhkan peserta didik baru untuk mengetahui lingkungan barunya, bukan menjadi ajang perundungan dengan alasan apapun. (Abd)
Comments
Post a Comment