Ini diriku, 19 tahun. Aku lebih senang dipanggil “anak itu”
daripada “orang itu”. Seperti anak-anak
yang lain aku pernah mengenal apa itu pacaran. Tapi aku berbeda. Letak perbedaan
itu dilihat dari kata “mantan”. Coba Tanya kepada semua anak-anak di seluruh
pelosok Surabaya, “kamu punya mantan berapa?”. Aku segera menjawabnya “ aku 2,
dong” . hehehe *masang poker face*. Setidaknya
aku pernah pacaran :/ .
Mungkin aku terlalu selektif dalam urusan percintaan,
sehingga mengapa aku hanya mempunyai 2 mantan. Aku gak tau mengapa semua anak
jaman sekarang berlomba-lomba menggadang-gadang berapa banyak jumlah mantan
mereka. Entah apa dalam pikiran anak jaman sekarang. Lalu apa yang mereka
bicarakan tentang kesetian di awal mula mereka jadian adalah omong kosong. Beruntung
aku sekarang adalah mereka yang melontarkan omong kosong hanya sekali.
Aku pernah membicarakan kesetiaan dengan mantan (ke-1) . Dulu
aku menangkap respon positif darinya ketika aku mengungkapkan “ aku mencintaimu
hari ini dan di kemudian seribu tahun mendatang dan selamanya”. Aku sekarang masih
berpegang teguh pada ucapkanku hari itu meskipun dia telah meninggalkanku.
Aku juga pernah hina menjadi lelaki, aku mengingkari tentang
arti kesetiaan dengan mantan (ke-2). Aku pergi atas persetujuaannya ketika dia sakit. Bukan
dia sakit yang menjadi alasanku pergi. Cuman tentang perasaan dan hati yang
berteriak “Bosan”. Meskipun aku sekarang sedikit geram melihat dia jadian
dengan temanku sendiri. Hmmm..
Berapa jumlah mantanmu bukan tolak ukur kamu cantik atau
ganteng, berapa jumlah banyak mantanmu bukan pertanda banyak orang
menyayangimu, berapa jumlah banyak mantanmu tidak mempengaruhi kamu menjalani hubungan dengan pacarmu sekarang menjadi lebih
baik. Mantan adalah pelajaran, maka belajarlah dari mantan. (--,)/
udah gitu aja..
Comments
Post a Comment