
Entah
sengaja atau memang kebetulan. Indosiar menayangkan salah satu peserta runner up Akademi Fantasi
Indosiar 2, sekitar tahun 2003 yang lalu, yak Micky AFI, sayangnya Micky tidak
berhasil lolos, Armand, Sherina, Glen, dan Giring selaku juri tidak ada yang
menekan tombol ‘I want You’, timbul suatu intrik, ini memang benar-benar ‘benar’
atau memang cuman ide kreatif dari tim kreatif dari indosiar sendiri? Untuk
meyakinkan masyarakat bahwa acara ini benar-benar menilai suara , namun masak
iya si Micky ini mau hilang martabatnya hanya untuk mendongkrak kepopuleran The
Voice Indonesia , kalo begini masyarakat yang pernah melihatnya pada tahun 2003
lalu berpendapat, bahwa Micky menjadi runner up karena ‘dulu’ tampangnya
ganteng, dalam hal ini pun masih menuai kontroversi dari komentar Giring “Mas
Micky menjadi tontonan saya pas jaman dulu SD” emang sekarang Giring umur
berapa? Saya juga dulu SD melihat Micky, tapi sekarang saya berumur 19 tahun,
Giring?
Tim
kreatif The Voice Indonesia nakmpaknya kurang lihay dalam mensiasati acara ini
agar nampak benar-benar ‘benar’ entahlah, di sisi lain kalo memang benar-benar ‘benar’
tentang masalah Micky, dapat disimpulkan masyarakat dari dulu sampai sekarang
memang menilai tampang, urusan suara belakangan. Sungguh miris memang, kejadian
ini dimanfaatkan oleh kalangan produser untuk memunculkan girlband-boyband
alay, yang hanya bernyanyi dengan suara ala kadarnya, mereka jual tampang apa
suara sebenarnya? Ada yang beranggapan lebih ‘nakal’ lagi, “itu jualan paha apa
suara?” itu ditujukan untuk salah satu girilband Indonesia yang sedang booming
mem-plagiati SNSD, bagaimana tidak miris , yang melihat mereka umumnya
anak-anak usia SD – SMP yang masih labil dan meniru gaya mereka. “ABABIL”
itulah yang terjadi pada adik-adik kita saat ini, jangan salahkan mereka, tanya
pada mereka yang menayangan acara yang mereka sebut tayangan ‘berkualitas’ tersebut
sehingga bisa tayang.
Menyenggol
X-Factor, kalo disuruh milih X-Factor atau The voice Indonesia, saya lebih
memilih X-Factor, X-Factor masih dengan sistem penjurian seperti biasanya, dan
saya liat pesertanya suaranya lebih bewarna, daripada The Voice Indonesia yang jurinya
terlalu lebay ‘mengemis’ meminta peserta untuk masuk dalam kubunya. ‘semoga saya tidak terjerat hukum atas
tulisan saya ini’
haduh...hari gini maish aja jadi haters...sadar mas gc usah menjelk jelkan ....belum tentu pedapat mas tennatng acar ini benr...buktinya the voice menjadi raja copetisi dan itu sudah terbukti presiden obama aja pilih the voice kebanding x factor...x factor masih kayak talent talent biasa kaya indonesian idol....di the voice lebih unik dan berkualitas ..haduhhhh tobat mas udah terbukti kalu the voice itu no 1.. dan itu juga udh diakui ......... tobat mas tobat
ReplyDelete