Skip to main content

The Voice Indonesia VS X-Factor Indonesia



Kemarin malam (15/2) ada yang liat The Voice Indonesia di Indosiar gak? Atau re-runnya tadi sore (16/2). Jadi acara ini hampir sama kayak X-Factor di RCTI, entah apa acara X-factor itu yang ‘ndompleng’ acara ini, namun dalam penjurian The Voice Indonesia lebih menarik, mereka hanya menilai suara jadi jurinya menghadap kebelakang (tidak melihat peserta, Red).

Entah sengaja atau memang kebetulan. Indosiar menayangkan  salah satu peserta runner up Akademi Fantasi Indosiar 2, sekitar tahun 2003 yang lalu, yak Micky AFI, sayangnya Micky tidak berhasil lolos, Armand, Sherina, Glen, dan Giring selaku juri tidak ada yang menekan tombol ‘I want You’, timbul suatu intrik, ini memang benar-benar ‘benar’ atau memang cuman ide kreatif dari tim kreatif dari indosiar sendiri? Untuk meyakinkan masyarakat bahwa acara ini benar-benar menilai suara , namun masak iya si Micky ini mau hilang martabatnya hanya untuk mendongkrak kepopuleran The Voice Indonesia , kalo begini masyarakat yang pernah melihatnya pada tahun 2003 lalu berpendapat, bahwa Micky menjadi runner up karena ‘dulu’ tampangnya ganteng, dalam hal ini pun masih menuai kontroversi dari komentar Giring “Mas Micky menjadi tontonan saya pas jaman dulu SD” emang sekarang Giring umur berapa? Saya juga dulu SD melihat Micky, tapi sekarang saya berumur 19 tahun, Giring? 

Tim kreatif The Voice Indonesia nakmpaknya kurang lihay dalam mensiasati acara ini agar nampak benar-benar ‘benar’ entahlah, di sisi lain kalo memang benar-benar ‘benar’ tentang masalah Micky, dapat disimpulkan masyarakat dari dulu sampai sekarang memang menilai tampang, urusan suara belakangan. Sungguh miris memang, kejadian ini dimanfaatkan oleh kalangan produser untuk memunculkan girlband-boyband alay, yang hanya bernyanyi dengan suara ala kadarnya, mereka jual tampang apa suara sebenarnya? Ada yang beranggapan lebih ‘nakal’ lagi, “itu jualan paha apa suara?” itu ditujukan untuk salah satu girilband Indonesia yang sedang booming mem-plagiati SNSD, bagaimana tidak miris , yang melihat mereka umumnya anak-anak usia SD – SMP yang masih labil dan meniru gaya mereka. “ABABIL” itulah yang terjadi pada adik-adik kita saat ini, jangan salahkan mereka, tanya pada mereka yang menayangan acara yang mereka sebut tayangan ‘berkualitas’ tersebut sehingga bisa tayang.

Menyenggol X-Factor, kalo disuruh milih X-Factor atau The voice Indonesia, saya lebih memilih X-Factor, X-Factor masih dengan sistem penjurian seperti biasanya, dan saya liat pesertanya suaranya lebih bewarna, daripada The Voice Indonesia yang jurinya terlalu lebay ‘mengemis’ meminta peserta untuk masuk dalam kubunya. ‘semoga saya tidak terjerat hukum atas tulisan saya ini’

Comments

  1. haduh...hari gini maish aja jadi haters...sadar mas gc usah menjelk jelkan ....belum tentu pedapat mas tennatng acar ini benr...buktinya the voice menjadi raja copetisi dan itu sudah terbukti presiden obama aja pilih the voice kebanding x factor...x factor masih kayak talent talent biasa kaya indonesian idol....di the voice lebih unik dan berkualitas ..haduhhhh tobat mas udah terbukti kalu the voice itu no 1.. dan itu juga udh diakui ......... tobat mas tobat

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengalaman mengikuti SBMPTN 2014 : Jalan menuju Universitas Brawijaya.

Hai! Udah lama gak buka blog. Kali gue mau nyeritain pengalaman hidup yang sangat cetar membahenol   haha tae.. kalian bakalan bosen baca cerita gue kali ini, saran gue mending kalian print dulu, jadiin buku. Soalnya ini bakalan panjang banget. Sebenenya gue lulusan tahun 2013 tapi disempetin nganggur luting-latung gak karuan. Kalo ditelaah lebih dalam lagi, sebenarnya gue lulusan tahun 2012, tapi karena sekolah gue unik dan cuman ada 8 biji se-Indonesia Raya ini makanya jadi 4 tahun. Kebayang kan bagaimana cukup imut tuanya diri ini ketika menginjak bangku perkuliahan. * cielah menginjak, tae kale* Waktu itu bulan Maret 2014 dan gue belum kerja-kerja setelah di wisuda pada Juni 2013 lalu, wi-ti-if banget kan betapa busuknya nganggur di rumah, mau main sama temen, temen pada kerja dan kuliah. Si ibu udah koar-koar. “ Ya ampun mau jadi apa lu, tong. Hari gini masih di rumah aja, nguras laut kek” “…..” sahut gue. Karena udah gak tahan lagi disuruh nguras laut sama i...

FATIN DAN RENTETAN KESALAHANNYA

Fatin Shidqia Lubis, peserta X-Factor yang lagi digandrungi semua orang karena suaranya yang merdu nan menggelegar, dan cantik :* ahh tai lu pud ! . cantik sih tapi sering lupa lirik. 4 kali tampil 3 kali salah lirik, apa aja kesalahannya ?? kupassss ! Boot camp 1 Si Patin ini di bootcamp 1 nyanyi lagunya Agnes – Rindu, dia blank terus akhir acara dia nangis, *elah Boot camp 2 Doi nyanyi Pumped up kicks dari Foster The People, yang seharusnya berlirik “He’s got a rolled cigarette, hangging out his mouth. He’s a cowboy kids Yeah ! he found a six shooter gun In his dad’s closet, with the box of fun things I don’t even know what But he’s coming for you, yeah he’s coming for you” Menjadi “He’s got a rolled cigarette, hangging .... In his dad’s closet, with the box of fun things I don’t even know what hangging out his mouth. He’s a cowboy kids Yeah ! he found a six shooter gun @#%^^&&()!@ hehehe” Fatin salah menempatkan lirik, ...

Commers Unesa Menanti Akreditasi

Hari Jumat (24/2) Prodi Ilmu Komunikasi sedang berbenah.  Prodi yang baru merayakan ulang tahunnya ke-3 pada 11 Desember lalu akan kedatangan asesor dari BAN – PT  (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, red.) perihal akreditasi prodi tersebut. Sebanyak 4 ruang kelas dibenahi, guna memenuhi standar yang ditentukan oleh BAN – PT. Beberapa karya hasil Commers, sebutan untuk mahasiswa Ilmu Komunikasi juga dipajang di lorong gedung I5 Universitas Negeri Surabaya. “ada beberapa poin yang kita harus penuhi, tetapi karena kita belum mempunyai alumni atau lulusan, jadi kita kehilangan 40 poin”, kata Danang Tandyonomanu, Kaprodi Ilmu Komunikasi.  Karena prodi tersebut baru memiliki 3 angkatan dan belum meluluskan mahasiswanya, ada beberapa poin yang nilainya 0. Dan untuk mengejar ketertinggalan poin itu, prodi yang baru seumur jagung tersebut menyiasatinya dengan mengupayakan secara maksimal poin yang lain agar memperoleh nilai yang sempurna. Danang juga menyampaikan, p...